Sekilas tentang tata ruang akustik. .

Topik dalam bahasan akustik memang sangat banyak, salah satunya adalah berkaitan dengan kenyamanan Ruang. Bukan bahasan baru bahwa desain akustik pada suatu ruangan sangat mempengaruhi kenyamanan seseorang, meskipun di balik itu nilai estetika harus tetap di jaga. Ya inilah salah satu luasnya cabang ilmu di Teknik Fisika. Bahasan akustik pada ruangan ini tentunya banyak juga diaplikasikan di berbagai bidang, terutama oleh orang-orang arsitek. Oleh karena itu, tidak salahlah bila Dosen Tekfis gencar mengatakan bahwa Jurusan Tekfis bisa memasuki berbagai atmosfer.

Oke, balik lagi ke topik. Kali ini kita akan berbicara kembali masalah akustik. Dimana kita akan meloncat pada dimensi yang cukup jauh, yaitu tata ruang akustik.



Sebelumnya, pertanyaan mendasar adalah mengapa perlu Tata Ruang Akustik?
"Setiap bangunan dan ruangan memiliki tiga kriteria kenyamanan yaitu kenyamanan termal, akustik, dan pencahayaan. Kenyamanan akustik setiap ruangan berbeda-beda bergantung pada fungsi ruangan itu sendiri. Penyimpangan terhadap kondisi ideal dari kenyamanan akustik inilah yang menimbulkan rasa ketidaknyamanan bagi pengguna ruangan. Saat ini, banyak ruangan yang didesain dengan hanya mempertimbangkan faktor estetika ruang dengan mengabaikan beberapa faktor kenyamanan akustik pada ruangan. Padahal, ketidaknyamanan seseorang ketika beraktivitas di dalam ruangan secara tidak langsung dapat mempengaruhi kondisi psikologis terhadap orang tersebut" (Suksmandhira, 2010).
Setiap orang pasti butuh kenyamanan, oleh karena itulah tata ruang akustik diperlukan meskipun dibalik itu kita harus meninjau aspek lain. Tetapi setidaknya gejala akustik mempunyai pengaruh yang cukup besar pada kenyamanan.

Lalu aspek akustik apa yang harus kita tinjau dalam pembuatan ruang?

Dibawah ini sekilas tentang pengenalan kriteria akustik yang di butuhkan dalam pembuatan ruang.

Direct arrivals
"Menurut Suksmandhira (2010) secara harfiah, acoustic direct arrivals berarti setiap pendengar harus mendapatkan penglihatan yang jelas dan langsung relatif terhadap sumber suara sehingga pendengar dapat dengan jelas merasakan bahwa sumber suara memang datang dari arah objek sumber suara yang dilihat." Jadi, suatu ruangan memiliki direct arrival yang baik apabila di semua titik pendengar, pendengar merasakan bahwa suara yang datang kepadanya adalah berasal dari arah objek sumber suara yang mereka lihat. Sebaliknya, pada ruangan yang memiliki direct arrival yang buruk, ketika sumber suara berada pada posisi di depan para pendengar, maka suara yang terdengar seolah-olah berasal dari arah belakang atau samping pendengar. Secara kuantitatif, direct arrival suatu ruang ditentukan dari nilai waktu tunda antara suara langsung dengan suara pantul atau difraksi suara yang sampai ke pendengar. Waktu tunda yang baik untuk direct arrival ini berada pada interval 10-30 ms.

Intimacy
Kriteria ini menunjukkan persepsi seberapa intim kita mendengar suara yang dibunyikan dalam ruangan tersebut. Secara objektif, kriteria ini berkaitan dengan waktu tunda (beda waktu) datangnya suara langsung dengan suara pantulan awal yang datang ke suatu posisi pendengar dalam ruangan. Makin pendek waktu tunda ini, makin intim medan suara didengar oleh pendengar. Beberapa penelitian menunjukkan harga waktu tunda yang disarankan adalah antara 15 – 35 ms. Secara subjektif, intimacy membuat pengamat mendengar apa yang disampaikan oleh pembicara, baik itu artikulasi maupun nada bicaranya (Widarto, 2010).

Diffusion

Dalam arti secara harfiah, difus akustik berarti tersebarnya secara merata tingkat tekanan suara di dalam ruangan. Secara spesifik, difus ini juga diartikan sebagai ada tidaknya suara dengung (reverberant sound) yang sampai kembali ke sumber. Secara umum, pada semua jenis ruangan, difus akustik yang baik ditunjukkan dengan terdengarnya suara dengung yang kembali lagi ke sumber. Faktor difusi ini cukup berpengaruh terhadap kenyamanan akustik di dalam ruangan. Sebagai contoh, para pemain musik yang bermain dalam bentuk kelompok/grup tentu membutuhkan suara pantul atau pun suara dengung yang kembali lagi ke arah sumber agar kesemua pemain musik tersebut dapat bermain musik secara kompak, tepat pitch nya.

Warmth Warmth memiliki arti seberapa lama respon waktu dengung pada suatu ruangan untuk sumber suara dengan frekuensi rendah, sedang, dan tinggi. Secara umum, klasifikasi frekuensi rendah adalah 125-250 Hz, frekuensi sedang adalah 500-1000 Hz, dan frekuensi tinggi adalah 2000-4000 Hz. Untuk sebuah ruangan yang diperuntukkan sebagai ruang untuk berbicara, maka respon waktu dengung yang baik adalah sama besar untuk semua frekuensi. Berikut merupakan grafik yang menunjukkan variasi waktu dengung terhadap besar frekuensi.

Waktu dengung (reverberation time) Waktu dengung (T60) didefinisikan sebagai waktu yang diperlukan oleh tekanan suara dalam ruangan untuk meluruh 1/1000 dari tekanan suara mula-mula, atau tingkat tekanan suaranya berkurang sebanyak 60 dB, sejak sumber suara dihentikan (berhenti memancarkan suara).

Pada praktik pengukuran waktu dengung, umumnya suara yang dihasilkan dari sumber sangat sulit untuk meluruh sebanyak 60 dB dan tetap berada di atas tingkat bising latar belakang dalam ruangan. Untuk itu digunakan beberapa metode untuk mendekati waktu dengung, dengan cara mengambil data peluruhan selama beberapa dB, kemudian mengekstrapolasi hasilnya sehingga menjadi 60 dB, dan menggunakan waktu hasil ekstrapolasi tersebut sebagai waktu dengung.

Umumnya dikenal tiga jenis parameter pendekatan waktu dengung, yaitu:
1. EDT (Early Decay Time): ekstrapolasi data peluruhan selama –5 dB s.d. –15 dB.
2. T20: ekstrapolasi data peluruhan selama –10 dB s.d. –30 dB.
3. T30: ekstrapolasi data peluruhan selama –10 dB s.d. –40 dB.

Dengan menggunakan perangkat lunak pengolah data akustik, ketiga parameter tersebut dapat ditampilkan sekaligus setelah melakukan pengukuran dengan sinyal impulse response (sesaat) dalam ruangan.

Tingkat Bising Latar Belakang (Background Noise Level) Dalam setiap ruangan, dirasakan atau tidak, akan selalu ada suara. Hal ini menjadi dasar pengertian tentang adanya bising latar belakang (background noise). Bising latar belakang dapat didefinisikan sebagai suara yang berasal bukan dari sumber suara utama atau suara yang tidak diinginkan. Dalam suatu ruangan tertutup seperti auditorium maka bising latar belakang dihasilkan oleh peralatan mekanikal atau elektrikal di dalam ruang seperti pendingin udara (air conditioning), kipas angin, dan seterusnya. Demikian pula, kebisingan yang datang dari luar ruangan, seperti bising lalu lintas di jalan raya, bising di area parkir kendaraan, dan seterusnya.Bising latar belakang tidak dapat sepenuhnya dihilangkan, akan tetapi dapat dikurangi atau di-turunkan melalui serangkaian perlakuan akustik terhadap ruangan. Besaran bising latar belakang ruang dapat diketahui melalui pengukuran Tingkat Tekanan Bunyi (TTB) di dalam ruangan pada rentang frekuensi tengah pita oktaf antara 63 Hz sampai dengan 8 kHz, dimana hasil pengukuran digunakan untuk menentukan kriteria kebisingan ruang dengan cara memetakannya pada kurva kriteria kebisingan (Noise Criteria – NC).


Seperti itulah kira-kira yang dapat kami share untuk saat ini. Semoga di Lain kesempatan akan ada pembahasan-pembahasan yang lebih menarik yang bisa kami bagikan.



Semoga beranfaat..


Best Regards,










wildkoestische

Komentar

Postingan populer dari blog ini

-New Era-